TIPS+PLANNING

Menjadi Pemateri: Tentang Ejaan dan Tata Bahasa di Dunia Digital

Saya lulus dari Telkom University jurusan Management Business sejak 2013 silam. Setelah itu, saya sangat jarang kembali berkunjung ke kampus tersebut. Namun, pada 13 Juli lalu, saya dijadwalkan untuk mengisi materi di kampus kebanggaan tersebut tentang “Ejaan dan Tata Bahasa” yang bekerja sama dengan salah satu digital agency di Jakarta, The Hatch. Kebetulan, selain pernah bekerja sebagai Jurnalis hingga Copywriter, saya juga pernah menjadi seorang Editor. Jadi, tanpa berpikir panjang, saya menyetujui ajakan tersebut.

Pada kesempatan tersebut, objective yang saya bahwa adalah bagaimana supaya mahasiswa-mahasiswi di kelas tersebut dapat memahami bahwa ejaan dan tata bahasa adalah hal penting untuk sebuah tulisan ataupun bagi sebuah brand. Maka, dalam kesempatan tersebut, saya coba memberikan gambaran dan contoh-contoh tentang dampak yang ditimbulkan dari sebuah typo, ejaan yang kurang tepat, ataupun tata bahasa.

“When a public-facing message posts online with spelling and grammar errors, it’s highly noticeable. One small mistake can take away from your overall messaging, and readers will focus on what’s wrong with the post rather than what’s right.” —Forbes, 2018

Tulisan dari Forbes tersebut menjadi kutipan yang saya sukai, dan cukup relevan untuk menggambarkan salah satu dampak dari kesalahan tulis atau ejaan yang kurang tepat. Maka, kutipan tersebut menjadi salah satu pembuka materi yang saya sampaikan. Saya juga menyampaikan beberapa contoh-contoh tentang tulisan yang typo dan kerugian yang diakibatkan. Dimulai dari sosok Guy Kawasaki yang membagikan status di LinkedIn tentang judul sebuah tulisan yang hanya kurang huruf “r”; kata “your” ditulis hanya “you”. Hal ini menunjukkan bahwa ejaan, kejelian dalam penulisan, dan tata bahasa yang tepat (meskipun hanya kurang satu huruf), menjadi hal penting dan dapat berakibat negatif bagi sebuah brand.

Bukan hanya itu. Banyak contoh lainnya yang bisa menjadi pertimbangan kita tentang pentingnya sebuah ejaan yang tepat. Sebuah restoran pernah menulis “black pepper” menjadi “black pe*ple” pada buku menu sehingga restoran tersebut dituntut. Sebuah Yellow Pages menulis iklan dari perusahaan travel dengan kata yang cukup fatal; mereka menulis “Exotic Travel” menjadi “Erotic Travel” sehingga membuat reputasi perusahaan travel tersebut buruk dan kehilangan 80% pelanggan tetap, dan masih banyak contoh lainnya.

Menguasai ejaan dan tanda baca secara tepat butuh proses dan waktu. Maka, terus berlatih, jangan malas membuka KBBI, dan selalu cross check.

Namun, saya pun memahami, menguasai ejaan dan tanda baca secara tepat butuh proses, kesediaan untuk terus belatih, dan waktu. Maka, salah satu hal yang saya tekankan ketika menyampaikan materi adalah terus berlatih, jangan malas membuka KBBI, dan selalu cross check. Selain menyampaikan beberapa hal tersebut, hal lainnya yang perlu saya sampaikan adalah membedah satu per satu penggunaan huruf, kata, tanda baca, hingga memberikan tugas-tugas atau kuis singkat untuk melatih kejelian mereka dalam memahami dan mengaplikasikan tanda baca.[]

No Comments

    Leave a Reply